Puisi lama dan baru- puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang menjadikan bahasa sebagai medianya. Selain itu, puisi juga merupakan sarana yang sering digunakan untuk menyampaikan pesan.
Pesan yang ada di dalamnya bisa berupa nasehat atau ungkapan dari seseorang ke orang yang lain atau ke khalayak. Hampir semua puisi, berisi kata-kata indah yang disusun secara apik berdasarkan tema tertentu.
Di Indonesia sendiri, puisi dibedakan menjadi menjadi puisi lama, puisi baru, dan puisi kontemporer. Nah, pada artikel kali ini saya akan membahas mengenai puisi lama dan puisi baru. Khususnya pada macam-macam puisi lama dan baru.
Contents
Pengertian Puisi Lama

Puisi lama atau yang biasa disebut puisi konvensional, adalah salah satu jenis puisi dari berbagai macam jenis puisi yang ada. Puisi ini masih terikat dengan persajakan, pengaturan larik pada setiap bait, jumlah kata pada setiap larik, dan musikalitas puisi yang sangat diperhatikan.
Ciri-ciri Puisi Lama
- Disampaikan dari lisan ke lisan (sastra lisan).
- Tidak diketahui nama pengarangnya.
- Terikat dengan aturan atau pola tertentu.
- Umumnya adalah puisi rakyat.
Macam-macam Puisi lama dan Contohnya
1. Syair
adalah jenis karya sastra atau puisi lama yang berasal dari Arab, ia memiliki sajak a-a-a-a. Syair biasanya berisi kisah yang di dalamnya terkandung sebuah amanat atau nasehat.
Contoh syair:
Dengarkan wahai manusia,
Syair sederhana yang pernah ada,
Dalam dunia yang fana,
Mengenai penderitaan semua manusia,
Hidup ini hanya untuk beribadat,
Tidak hanya untuk melakukan maksiat,
Janganlah mengumbar syahwat,
Lakukanlah ibadah yang taat,
Jangan lupa untuk sholat,
Agar menjadi manusia yang bermanfaat,
Jangan lupa zakat dan sholawat,
Untuk mengaharapkan akhirat,
Tuhan tak pernah tidur,
Agar manusia gampang diatur,
Tuhan membuat hidup manusianya makmur,
Agar kita selalu akur,
Jangan lupa saat kita bahagia,
Apalagi saat mengalami duka,
Karena tuhan selalu ada,
Sebab Tuhan selalu mejaga umat umat-Nya,
Ya Allah ya Tuhan kami,
Ampunilah segala dosa kami,
Berilah segala pentunjuk untuk kami,
Untuk mendapatkan ridho Illahi,
2. Pantun
Merupakan jenis puisi lama yang popular dan dikenal luas oleh masyarakat. Pantun memiliki sajak a-b-a-b, yang dimana pada setiap baitnya berisi 4 baris, setiap barisnya berisi 8 hingga 12 kata. 2 baris pertama merupakan sampiran, dan 2 baris berikutnya adalah isi.
Pantun sendiri terbagi dalam beberapa jenis diantaranya pantun nasehat, pantun jenaka, pantun adat, pantun anak, dan lain sebagainya.
Contoh pantun:
Pantun nasehat
Jangan suka mencabut padi
Kalau dicabut hilang buahnya
Jangan suka menyebut budi
Kalau disebut hilang tuahnya
Pantun jenaka
Burung perkutut
Burung kutilang
Kamu kentut
Nggak bilang bilang
Pantun adat
Ikan berenang di dalam lubuk
Ikan belida dadanya panjang
Adat pinang pulang ke tampuk
Adat sirih pulang ke gagang
Pantun anak
Enak rasanya es campur
Ditemani dengan rujak
Bermain di tanam lumpur
Naik kerbau yang membajak
3. Gurindam
Adalah jenis puisi lama yang terdiri dari 2 baris pada setiap bait, dan bersajak a-a. Biasanya gurindam berisi nasehat atau petuah yang singkat.
Contoh gurindam:
Barang siapa bermaksiat
Hendaklah dia selalu ingat
Ingat dunia akan tamat
Ingat dirinya ‘kan sekarat
Maka segeralah bertaubat
Sebelum nanti tiada sempat
4. Mantra
Merupakan puisi lama yang biasanya digunakan pada saat upacara adat atau keagamaan. Jenis puisi mantra umumnya mengandung nilai atau kekuatan magis yang dapat menimbulkan kesan dan efek tertentu jika diucapkan. Sehingga karya sastra ini memiliki rima dan irama yang terkenal misterius sifatnya.
Contoh Mantra:
Bismillahirrahmanirrohim
Hai besi bangunlah engkau si rajabesi
Yang bernama si ganda bisa
Engkau duduk di kepala jantungku
Bersandar di tiang arasy
Kuminta tinggalkan insanku
Kuminta rendah insan sekalian
Berkat aku memakai wujud kodrat sayyidina ali
Bujur lalu melintang patah
Lalu juga kehendak Allah
Berkat lailaha illallah
Muhammadarrasulullah
5. Karmina
Merupakan puisi yang biasa disebut pantun kilat, karena memiliki isi yang sangat pendek dan biasanya digunakan untuk menyindir. Karmina memiliki pola yang lurus yaitu a-a, dan hanya memiliki 2 baris pada setiap baitnya. Serta terdiri dari 8 sampai 12 kata disetiap baris, baris pertama adalah sampiran dan baris kedua adalah isi.
Contoh karmina:
Parfum dicium harum baunya
Baca Al-Quran paham maknanya
Tiada umat sepandai Nabi
Turutlah ilmu sebelum mati
Siapkanlah bekal menjelang wafat
Dengan sebarkan ilmu yang bermanfaat
6. Talibun
Hampir sama dengan pantun,talibun adalah salah satu puisi lama yang terdiri dari sampiran dan isi. Hanya saja talibun lebih panjang, yakni dengan susunan yang terdiri atas 6, 8, atau 10 baris. Tiga baris pertamanya adalah sampiran, dan tiga baris keduanya adalah isi.
Contoh talibun:
Talibun 6 baris
Burung elang hinggap di atas tanah
Mencari makan di tanah jawa
Makanan berlimpah tak akan merana
Adinda menunggu dengan gelisah
Karena Kanda tak kunjung pulang jua
Kabarnya pun tak jelas dimana
Talibun 8 baris
Jalan-jalan ke kota jeddah
Siggah dahulu membeli buah kurma
Buah kurma dibungkus kulitnya
Dibungkus dengan pantun jenaka
Hidup di dunia hendaknya beribadah
Menjalankan perintah agama
Menjauhi larangannya
Agar mendapat surga tak masuk neraka
Talibun 10 baris
Hujan di bulan tak itu hanya bualan
Bulan memerah tak bisa menjadi acuan
Hujan di bumi tak kunjung datang
Taburkan api dengan garam
Agar menimbulkan awan yang keputihan
Abang datang membawa kebahagian
Untuk Adik yang sedang tak karuan
Tolong jangan berbobohong sayang
Sudah cukup Adik menahan suram
Bawalah Adik ke luar dari kepedihan
7. Seloka
Seloka merupakan salah satu dari berbagai macam puisi lama yang berisikan pepatah maupun perumpamaan. Dengan mengandung isi berupa sindiran, senda gurau, dan bahkan ejekan. Seloka sendiri adalah bentuk dari puisi melayu yang terdiri dari 4 baris atau lebih.
Contoh seloka:
Beli bayam cukup seikat
Masak jangan pakai merica
Kepercayaan mudah didapat
Ketika berkata hindari dusta
Siapkanlah bekal menjelang wafat
Dengan sebarkan ilmu yang bermanfaat
Pengertian Puisi Baru

Puisi baru atau puisi inkonvensional (puisi modern). Merupakan bentuk puisi yang sudah tidak lagi terikat dengan aturan-aturan sebagaiman yang mengikat puisi lama, sehingga puisi baru cenderung lebih bebas.
Sebenarnya puisi baru sendiri berkembang dari puisi lama yang sudah mendapat pengaruh dari luar. Puisi baru tidak terikat dengan aturan rima, jumlah baris, maupun jumlah kata. Namun, baik puisi lama ataupun puisi baru di dalamnya masih tetap terkandung ritme, rima, serta musikalitas.
Ciri-ciri Puisi Baru
- Perkembangannya secara lisan dan tulisan.
- Diketahui nama pengarangnya.
- Memiliki bentuk yang lebih rapi, simetris.
- Lebih banyak menggunakan sajak pantun dan syair.
- Penggunaan majas yang dinamis atau berubah-ubah.
- Rima akhir yang teratur.
- Biasanya menceritakan tentang kehidupan.
- Setiap barisnya adalah kesatuan sintaksis.
- Mempunyai persajakan yang lebih teratur diakhir.
- Sebagian besar puisi empat seuntai.
Macam-macam Puisi Baru
Sebelumnya, perlu diketahui bahwa puisi baru dibagi menjadi 2 macam sebagai berikut.
Puisi baru berdasarkan bentuknya:
1. Distikon
Merupakan puisi yang dimana pada setiap bait dari puisi ini terdiri atas dua baris (puisi 2 seuntai).
Contoh distikon:
Ingin Dicinta*
Karya: Chandra Malik
Ketika sendiri, siapa yang bersamamu?
Apakah sepi, ataukah Rindu?
Ketika kita bersama, apa yang kau rasa?
Apakah bahagia, ataukah derita?
Siapa di antara kita yang berbohong?
Siapa memelihara omong kosong?
Tidakkah manusia memang seharusnya memiliki cita-cita?
Tidakkah manusia memang selayaknya ingin dicinta?
Salatiga, 5 Desember 2015
*Sumber: Chandra Malik, Asal Muasal Pelukan, hlm 13.
2. Terzina
Merupakan puisi yang setiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi 3 seuntai).
Contoh terzina:
Dongeng Kucing*
Karya: Sapardi Djoko Damono
Lengking klakson dan rem mobil itu
meninggalkan jejak asap knalpot, debu,
dan seekor kucing yang sekarat.
Di dalam rumah, tangis seorang gadis kecil,
lalu suara menghibur seorang ibu
menyelundupkan ajal ke negeri dongeng.
Jalan memang dibangun untuk mobil,
manusia, dan juga–tentu saja–kucing;
tak boleh kita mencurigai campur-tangan-Mu, bukan?
*Sumber: Sapardi Djoko Damono, Melipat Jarak, hlm 29.
3. Quatrain
Merupakan puisi yang dimana pada setiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi 4 seuntai).
Contoh quatrain:
Asal Muasal Pelukan*
Karya: Candra Malik
Tuhan menciptakan manusia
dari tempat persembunyian-Nya
di mana tidak ada siapa pun
melihat-Nya meramu lamun
Dari segenggam sunyi,
dijadikan-Nya segumpal hati.
Dari ramai cuma sekepal,
dicipta-Nya sebongkah akal.
Tetapi Tuhan seperti sengaja
membuat hati tidak sempurna.
Dari dada yang menyimpan kalbu,
direnggut-Nya tulang rusuk satu.
Tuhan menyebut manusia
yang terluka itu sebagai laki-laki
Lalu dari luka itulah wanita
dicipta bagai permata sanubari.
Digegar oleh detak jantung
laki-laki tak kuat menanggung.
Dari sinilah awal mula doa:
“Tuhan, kami ingin bahagia.”
Di mana letak kesabaran,
jika bukan di dalam dada?
Di mana syukur diletakkan,
jika bukan di dalam dada?
Tetapi, dada tak sempurna
sejak satu tulang rusuknya pergi.
Segala yang dilihat dari fana,
hanya kerinduanlah yang abadi.
Tanpa permpuan di sisinya,
laki-laki hanya memeluk udara.
Padahal pun bagi perempuan,
lelaki itu asal muasal pelukan.
Jakarta, Maret 2016
*Sumber: Candra Malik, Asal Muasal Pelukan, hlm 8-9.
4. Quint
Merupakan puisi yang terdiri dari lima baris pada setiap baitnya (puisi 5 seuntai).
Contoh quint:
Tukang Foto Keliling*
Karya: Joko Pinurbo
Cita-citanya tinggal satu: memotret
seorang pujangga yang ia tahu tak pernah suka
diambil gambarnya. Ia ingat bual
seorang peramal: “Kembaranmu akan
berakhir pada paras seorang penyair.”
Demikianlah, dengan tangan gemetar,
ia berhasil mencuri wajah penyair pendiam itu
dengan tustelnya. Ia bahagia, sementara
sang pujangga terpana: “Ini wajahku,
wajahmu, atau wajah kita?”
Tak lama kemudian tukang potert keliling itu
mati. Tubuhnya yang sementara terbujur
di sebuah ruangan yang dindingnya
penuh dengan foto karyanya.
Ada foto penyair. Tapi tak ada foto dirinya.
Kerabatnya bingung. Mereka tidak menemukan
potretnya untuk dipajang di dekat peti matinya.
“Sudah, pakai foto ini saja,” cetus seorang
dari mereka sambil diambilnya foto pujangga.
“Lihat, mirip sekali, nyaris serupa. Ha-Ha-Ha….”
*Sumber: Joko Pinurbo, Selamat Menunaikan Ibadah Puisi, hlm 157.
5. Sektet
Merupakan puisi yang terdiri atas enam baris pada setiap baitnya (puisi 6 seuntai).
Contoh sektet:
Bunda dan Anak*
Karya: Rustam Effendi
Masak Jambak,
buah sebuah
diperam alam di ujung dahan.
Merah darah
beruris-uris
bendera masak bagi selera.
Lembut umbut,
disantap sayap.
Keroak pipi pengobat haus.
Harum baun
sumarak jambak.
Di bawah pohon terjatuh raum
Lalu ibu
di pokok pohon.
Tersarung hidung, terjatuh mata
pada pala,
tinggal sepenggal.
Terpecik liur di bawah lidah.
Belum jambu
masuk direguk,
terkenang anak, terkalang dirangkung.
Dalam talam,
bunda bersimpan
menanti putra si bungsu sulung.
Anak lasak
tersera-sera.
Budan berlari mengambil jambu.
Ibu sungguh
buah sebuah,
sedapnya sama dirasa ibu.
Renguk sunut,
merajut… rajuk.
Bakhil disangka cintanya bunda.
Keluar pagar
jambu dilempar.
Ibu berdiam, mengurut dada.
*Sumber: Kepada Puisi.
6. Septima
Merupakan puisi yang setiap baitnya terdiri atas tujuh baris (puisi 7 seuntai).
Contoh septima:
Indonesia Tumpah Darahku*
Karya: M. Yamin
Bersatu kita teguh
Bercerai kita jatuh
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung-gunung bagus rupanya
Dilingkari air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
Lihatlah kelapa melambai-lambai
Berdesir bunyinya sesayup sampai
Tumbuh di pantai bercerai-cerai
Memagar daratan aman kelihatan
Dengarlah ombak datang berlagu
Mengejar bumi ayah dan ibu
Indonesia namanya, tanah airku
Tanahku bercerai seberang-menyeberang
Merapung di air, malam dan siang
Sebagai telaga dihiasi kiambang
Sejak malam diberi kelam
Sampai bulan terang-benderang
Di sanalah gerangan bangsaku gerangan menopang
Selama berteduh di alam nan lapang
Tumpah darah nusa India
Dalam hatiku selalu mulia
Dijunjung tinggi atas kepala
Semenjak diri lahir ke bumi
Sampai bercerai badan dan nyawa
Karena kita sedarah sebangsa
Bertanah air di Indonesia
*Sumber: Dan Riris Istanti, Puisi: Indonesia, Tumpah Darahku.
7. Oktaf atau Stanza
Merupakan puisi yang pada setiap baitnya teridiri dari 8 baris (double kuatrin atau puisi 8 seuntai)
Contoh oktaf/Stanza:
Mata Hitam*
Karya: WS Rendra
Dua mata hitam adalah matahari yang biru
dua mata hitam sangat kenal bahasa rindu.
Rindu bukanlah milik perempuan melulu
dan keduanya sama tahu, dan keduanya tanpa malu.
Dua mata hitam terbenam di daging yang wangi
kecantikan tanpa sutra, tanpa pelangi.
Dua mata hitam adalah rumah yang temaram
secangkir kopi seore hari dan kenangan yang terpendam
*Sumber: WS Rendra, Empat Kumpulan Sajak, hlm 55.
8. Soneta
Merupakan jenis puisi yang terdiri dari empat belas baris, yang terbagi menjadi dua bagian. Dimana yang bagian pertama terdiri atas 2 bait masing-masing dengan 4 baris, sedangkan bagian kedua terdiri atas 2 bait masing-masing terdiri atas 3 baris.
Contoh soneta:
Pagi-Pagi*
Karya: M. Yamin
Teja dan cerawat masih gemilang,
Memuramkan bintang mulia raya;
Menjadi pudar padam cahaya,
Timbul tenggelam berulang-ulang.
Fajar di timur datang menjelang,
Membawa permata ke atas dunia;
Seri-berseri sepantun mulia,
Berbagai warna, bersilang-silang.
Lambat laun serta berdandan,
Timbul matahari dengan pelahaan;
Menyinari bumi dengan keindahan.
Segala bunga harumkan pandan,
Kembang terbuka, bagus gubahan;
Dibasahi embun, titik di dahan.
*Sumber: Sapardi Djoko Damono, Bilang Begini Maksudnya Begitu, hlm 12.
Puisi baru berdasarkan isinya:

1. Balada
Merupakan jenis puisi baru yang berisi kisah atau cerita, yang menceritakan kisah tertentu. Balada terdiri atas 3 bait di dalam satu puisi, setiap baitnya terdiri dari 8 baris. Balada memiliki skema rima b-a-b-b-c-c-b, lalu skema berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Baris terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren untuk bait-bait berikutnya.
Contoh balada:
Di Mana Kamu, De’Na?*
Karya: WS Rendra
Akhirnya berita itu sampai kepada saya:
gelombang tsunami setinggi 23 meter
melanda rumahmu.
Yang tersisa hanyalah puing-puing belaka.
Di mana kamu, De’Na?
Sia-sia teleponku mencarimu.
Bagaimana kamu, Aceh?
Di TV kulihat mayat-mayat
yang bergelimpangan di jalan.
Kota dan desa-desa berantakan.
Alam yang murka
manusia-manusia terdera
dan sengsara.
Di mana kamu, De’Na?
Ketika tsunami melanda rumahmu
apakah kamu lagi bersenam pagi
dan ibumu yang janda
lagi membersihkan kamar mandi?
De’Na, kita tak punya pilihan
untuk hidup dan mati.
Namun untuk yang hidup
kehilangan dan kematian
selalu menimbulkan kesedihan.
Kecuali kesedihan, selalu ada pertanyaan:
kenapa hal itu mesti terjadi
dengan akibat yang menimpa kita?
Memang ada kedaulatan manusia, De’Na.
Tetapi lebih dulu
sudah ada daulat alam.
Dan kini kesedihanku yang dalam
membentur daulat alam.
Pertanyaanku tentang nasib ini
merayap mengitari alam gaib yang sepi.
De’Na! De’Na!
Kini kamu jadi bagian misteri
yang gelap dan sunyi.
Hidupku terasa rapuh
oleh duka, amarah, dan rasa lumpuh.
Tanpa kejernihan dalam kehidupan
bagaimana manusia bisa berdamai
dengan kematian?
Radio Female, Jakarta, 29 Desember 2004
²WS Rendra, Doa Untuk Anak Cucu (Yogyakarta, Bentang Pustaka: 2016), hlm 55-56.
2. Himne
Merupakan bentuk puisi baru yang berisi pujian-pujian kepada Tuhan, tanah air, pahlawan, maupun almamater. Semakin berkembangnya zaman, pengertian himne berubah yang mana sekarang sebagai puisi yang dinyanyikan. Berisi pujian terhadap yang dihormati seperti tuhan, guru, pahlawan, dlsb.
Contoh himne:
Dipenogoro*
Karya: Chairil Anwar
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan Banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati
MAJU
Ini barisan tak tak bergenderan-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti.
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa ditindas ditinda
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju.
Serbu.
Serang.
Terjang.
Februari, 1943
Sumber: Chairil Anwar, “Dipenogoro” Kakilangit (Horison), April 2016, hlm 3.
3. Romance
Merupakan puisi baru yang berisi luapan perasaan atau cinta kasih. Romansa sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Perancis (Romantique) yang berarti keindahan perasaan, persoalan kasih sayang, rindu, dendam, maupun kasih mesra.
Contoh romance:
Sajak Putih
Karya: Chairil Anwar
Buat tunanganku Mirat
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…
Buat miratku, Ratuku! kubentuk dunia sendiri,
Dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati di alam ini!
Kucuplah aku terus, kucuplah
Dan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku….
4. Ode
Adalah puisi yang berisi pujian ataupun sanjungan untuk orang yang telah berjasa. Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang resmi, bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, serta bersifat menyanjung baik kepada pribadi tertentu ataupun kepada peristiwa umum.
Contoh ode:
karya: Toto Sudarto Bachtiar
Kutanya, kalau sekarang aku berangkat
Kuberi pacarku peluk penghabisan yang berat
Aku besok bisa mati. Kemudian diam-diam
Aku mengendap di balik sendat kemerdekaan dan malam
Malam begini beku, di manakah tempat terindah
Buat hatiku yang terulur padamu megap dan megah
Oh, tanah
Tanahku yang baru terjaga
Malam begini sepi, di manakah tempat terbaik
Buat peluru pistol di balik baju cabik
Oh, tanah di mana mesra terpendam rindu
Kemerdekaan yang mengembara ke mana saja
Ingin aku menyanyi kecil, tahu betapa tersandarnya
Engkau kepada pilar derita, megap nafasku di gang tua
Menuju kubu musuh di kota sana
Aku tak sempat hitung langkahku bagi jarak
Mungkin pacarku ‘kan berpaling
Dari wajahku yang terpaku pada dinding
Tapi jam tua, betapa pelan detiknya kudengar juga
Di tengah malam yang dingin beku
Teringat betapa pernyataan sangat tebalnya
Coretan-coretan merah pada tembok tua
Betapa lemahnya jari untuk memetik bedil
Membesarkan hatimu yang baru terjaga
Kalau sekarang aku harus pergi, aku hanya tahu
Kawan-kawanku akan terus maju
Tak berpaling dari kenangan pada dinding
Oh, tanah, di mana tempat yang terbaik buat hati dan jiwaku
Sumber: Sihaloholistik, “Puisi-Puisi Toto Sudarto Bachtiar”.
5. Epigram
Merupakan jenis puisi yang berisi tuntunan atau ajaran hidup. Epigram memiliki arti unsur pengajaran, didatik, ikhtibar, teladan, serta nasehat yang membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan sebagai pedoman.
Contoh epigram:
Pagi*
Karya : Chairil Anwar
jangan biarkan sekuntum bunga itu
layu sebelum matahari membelainya
dengan menggemakan semburat jingga
ultra dalam irama nuansa cinta-semesta
lihatlah bagaimana alam begitu perkasa
memainkan peran-Nya
dalam rindu-dendam yang terbungkus
kasih sayang memberi semburat
makna seribu pesona
6. Elegi
Adalah jenis puisi yang berisi kesedihan. Puisi ini merupakan bentuk dari ungkapan kesedihan, duka, kerinduan, maupun kepergian seseorang yang tidak pernah diinginkan.
Contoh elegi:
Senja di Pelabuhan Kecil*
Karya : Chairil Anwar
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali.
Kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam
Ada juga kelepak elang menyinggung muram
Desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan
Tidak bergerak dan kini tanah air tidur hilang ombak
Tiada lagi. Aku sendirian.
Berjalan menyisir semenanjung
Masih pengap harap
Sekali tiba di ujung
Dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat
Sedu penghabisan bisa terdekap
7. Satire
Merupakan puisi yang berisi sindiran atau kritik. Puisi ini khusus ditujukan kepada orang-orang tertentu yang memiliki jabatan atau kedudukan tinggi.
Contoh satire:
Aku bertanya
Oleh: WS Rendra
Aku bertanya…
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dalam kaki dewi kesenian.
Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Baru

Jika dilihat secara umum, perbedaan antara puisi lama dan puisi baru dapat diambil dari segi isi, irama, penulis/pengarang, bentuk, serta penyebarannya. Berikut adalah perbedaan antara puisi lama dan puisi baru.
No. | Perbedaan | Puisi Lama | Puisi Baru |
1. | Isi | Seringnya berupa nasehat | Berupa curahan hati penulis |
2. | Irama | Tetap, dua patah kata dalam sekali ucap | Dinamis, lebih mengikuti pikiran dan perasaan penulis. |
3. | Penulis/pengarang | Biasanya tidak dikenal | Lebih dikenal |
4. | Bentuk | Lebih terikat oleh aturan | Lebih bebas, tidak terikat aturan |
5. | Penyebaran | Hanya secara lisan | Melalui lisan dan tulisan |
Sekian
Baik, usai sudah pembahasan kita tentang puisi lama dan baru. Semoga pembahasan-pembahasan tersebut dapat bermanfaat, jangan lupa juga untuk membaca jenis jenis cerpen lengkap beserta pembahasannya.
Sekian dan terimakasih.